Ini Kata Ketua PWI Minsel Douglas Panit Terkait Hoax Serta Isu SARA
MINSEL – Masih dalam suasana memperingati Hari Pers Nasional (HPN) yang diselenggarakan setiap tanggal 9 Februari bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia. Menjadi momentun bagi segenap insan Pers untuk bergandengan tangan dengan seluruh pemangku kepentingan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menangkal berita hoax dan isu SARA (14/02/2019)
Ketua PWI Minsel Douglas Panit terkait Penyebaran hoax ataupun berita bohong yang menjadi fenomena dan tren di era digital saat ini menyampaikan dampak dari penyebaran isu atau berita hoax.
“Dengan kemajuan teknologi informasi yang menyediakan kemudahan dalam menerima dan menyebarkan informasi di media sosial, menyebabkan arus informasi yang ada begitu kuat. Terkadang publik dibingungkan, mana berita yang benar dan mana berita hoax yang tentunya akan berdampak pada kehidupan berbangsa. Oleh karena itu diperlukan suatu kecakapan yang baik, dari seluruh teman-teman jurnalis maupun masyarakat pada umumnya untuk menyaring sebaik mungkin antara hoax dan fakta,” ujarnya.
Lanjutnya, “dari aspek jurnalis sendiri diatur dalam undang-undang pers No : 40 tahun 1999 tentang Pers dimana ada 3 tugas pokok Pers yaitu pertama mengedukasi publik, kedua sebagai sarana informasi publik, ketiga sebagai kontrol sosial, dari tugas utama ini agar senantiasa diperhatikan oleh pewarta agar tidak terjebak dalam kepentingan tertentu, dalam rangka meloloskan kepentingan tersebut dalam tanda petik, menyampaikan pemberitaan yang mengandung unsur hoax. Oleh karena itu untuk menghindari itu sebaiknya butuh pemahaman tentang kode etik jurnalis bahwa Pers Indonesia itu tidak boleh membuat berita bohong, mengubah isi pemberitaan yang tidak sesuai kemudian menyebarluaskannya. Sebagai pengurus dan ketua PWI Minsel berharap semoga di Sulawesi Utara khususnya dan pada umumnya di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini jangan ada lagi penyebaran informasi yang mengandung unsur hoax,” tambahnya lagi.
“Terkait hal tersebut, setiap pemberitaan apapun harus mengandung cover both side, harus dikonfirmasi dahulu dengan benar dari semua-sumber terkait dan tidak boleh hanya subjektif pada satu pihak saja, sehingga tidak berada pada posisi kepentingan subjektif. Salah satu tugas pokok Pers adalah mengedukasi masyarakat, dimana masyarakat perlu didorong agar tidak terprovokasi dengan berita hoax dan tidak ikut menyebarluaskan berita hoax tersebut di media sosial. Tentunya diharapkan juga masyarakat mampu memilah mana berita yang mengandung kebenaran dengan berita yang hoax atau berita yang hanya mengada-ngada saja, perlu adanya cross check informasi terhadap berita yang ada dan alangkah baiknya sumber informasi itu dari sumber-sumber yang terpercaya ataupun bisa dari media yang terpercaya,” jelasnya.
“Dalam rangka menghadapi momentum pemilu tahun 2019 yang sudah di depan mata yaitu pesta demokrasi baik Pilpres maupun Pileg maka semua stakeholder dalam hal ini Pemerintah, TNI, Polri, penyelenggara pemilu, wartawan, para akademisi, para guru, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh adat, budayawan, tokoh politik, tokoh agama agar bersama-sama bergandengan tangan, bergotong-royong untuk mengedukasi publik atau masyarakat supaya tidak mudah terprovokasi tidak mudah termakan isu-isu berita hoax yang belum tentu kebenarannya, yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, kita menyadari bahwa negara Republik Indonesia dibangun dengan keberagaman, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote. Kita dipersatukan dalam bingkai NKRI. Kita semua mempunyai peran yang sama dan penting dalam membatasi dan menyaring informasi yang masuk kedalam lingkungan masyarakat, guna membentengi masyarakat Indonesia khususnya Sulawesi Utara dari dampak hoax tersebut,” jelasnya lagi.
“Penting untuk disampaikan kepada masyarakat agar jangan mudah terpengaruh dengan isu-isu yang memecah belah dalam hal ini berita hoax ataupun isu SARA. Kita bisa berbeda pilihan dalam kontestasi politik apapun namun di atas segalanya persahabatan, persaudaraan dan persatuan harus tetap terjaga, karena itu adalah modal utama kita bersama,” pungkasnya.
(Koresy Pangemanan)